Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meraih peringkat ke-6 sebagai Kampus Hijau dan Sustainable di Indonesia versi pemeringkatan UI GreenMetric, dan merupakan peringkat ke- 91 dari total 719 universitas di seluruh dunia yang berpartisipasi. Pengumuman dan penyerahan penghargaan dilakukan pada Rabu (19/12/2018) di Balai Sidang Kampus UI Depok.
UI GreenMetric merupakan pemeringkatan perguruan tinggi pertama di dunia berbasis komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup kampus.Indikator penilaian UI GreenMetric terdiri atas Keadaan dan Infrastruktur Kampus (15%), Energi dan Perubahan Iklim (21%), Pengelolaan Sampah (18%), Penggunaan Air (10%), Transportasi (18%), dan Pendidikan (18%).
Prestasi ini cukup membanggakan, mengingat tahun ini adalah pertama kalinya UGM berpartisipasi dalam pemeringkatan tersebut. Diawali pada akhir tahun 2017, Direktorat Perencanaan UGM ditunjuk sebagai PIC dan penanggung jawab dalam kegiatan partisipasi UGM dalam pemeringkatan UI GreenMetric didampingi oleh Tim Integrated Smart and Green Building (Insgreeb). Insgreeb yang dikoordinatori oleh Sentagi Sesotya Utami, Ph.D. merupakan kelompok penelitian di Departemen Teknik Nuklir dan Fisika Teknik UGM berfokus fokus pada integrasi konsep teknologi hijau dan cerdas untuk membangun aplikasi dan layanan sistem. Selanjutnya, Direktorat Perencanaan dan Insgreeb secara intensif mengawal seluruh proses dalam keikutsertaan UGM pada UI GreenMetric hingga memperoleh hasil yang cukup baik.
Target utama dalam keikutsertaan UGM dalam UI GreenMetric adalah untuk mengukur kebijakan dan kinerja keberlanjutan UGM menuju kampus yang hijau dan sustainable. Selain itu, dengan kegiatan ini UGM dapat membandingkan kondisi Kampus UGM dengan kampus lain di seluruh dunia, sehingga hal ini dapat menumbuhkan motivasi untuk perbaikan ke depan.
Direktur Perencanaan, Dr. Ir. Budi Prayitno, M.Eng. menjelaskan bahwa dari keenam indikator penilaian, UGM masih mendapatkan poin yang cukup rendah pada indikator Energi dan Perubahan Iklim, Penggunaan Air, dan Transportasi. Untuk itu, ke depan UGM perlu fokus pada pengembangan sistem water harvesting, penambahan jumlah resapan air, pengembangan transportasi internal (layanan shuttle), inovasi teknologi terbarukan seperti penggunaan panel surya, serta membangun sistem audit energi. Sistem ini rencananya akan dimulai pada Tahun 2019 yang diterapkan pada beberapa bangunan sebagai pilot project menuju smart and green campus.
“Selain pengembangan sarana dan prasarana, kami juga berupaya mengembangkan kapasitas Sumber Daya Manusia dengan mengikutsertakan 8 orang yang terdiri dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelatihan Green Building Coulcil Indonesia (GBCI). sehingga, diharapkan seluruh proses pengawalan menuju smart and green campus dilakukan secara profesional dan bersertifikat” terang Budi. (RK/MP)